Sabtu, 03 Desember 2011

Ketika Kau Menggenggam Tanganku Disini

          Mata itu menatap tajam, menelusuri setiap rasa sesak dipersendianku, seakan berkata "Jangan menangis, aku tak sanggup melihatnya," . Bibirnya tak berkata apapun, namun sentuhannya cukup menjelaskan ia tak sanggup untuk melangkah lebih jauh lagi . Ku tatap ganti matanya . begitu dalam, mencari kesungguhan tentang janji setianya dulu. namun tak mampu ku berlama-lama, dan ku lempar kesekitar . Semua tampak hitam-putih, begitu hening tanpa suara . Hanya gerakan angin yang mengisyaratkan mereka ada . Dan diantara mereka, kami berdiri. ku coba menatapnya kembali, terasa basah tanpa suara. Diraihnya tanganku. digenggamnya kedinginan yang membelengguku, menyalurkan energi hangat tubuhnya. Kami berdua masih saling diam, tanpa kata, tanpa suara. namun dari setiap inci gerakan kami, kami sudah saling tahu, kami masih saling mencintai. Tangan itu menghangatkan telapak tanganku, mencairkan hatiku yang sempat membeku beberapa hari yang lalu. Genggaman tangannya seolah memberi kalsium pada setiap tulang dan persendianku yang hampir runtuh. Entahlah bagaimana aku harus tanpanya, apa aku mampu berdiri tanpa pegangan tangannya. Aku membutuhkan genggaman ini untuk menumbuhkan harapan disetiap hembus nafasku. Aku butuh dia, masih butuh dia, dan akan selalu membutuhkannya, Tuhan . Suara kapal itu memecahkan warna hitam putih diantara kami, merubah keheningan yang lalu menjadi riuh renyah. Dia segera memelukku. begitu erat. Hingga hangat tubuhnya terasa mengalir bersama denyut nadiku. Dan akan selalu mengalir disini meski dia telah berdiri diatas lautan menuju hidup barunya disana.

2 komentar: