Senin, 31 Oktober 2011

Pulau Poveglia

Poveglia adalah pulau kecil yang terletak antara Venezia dan Lido di Lagoon Venezia di Italia.


menurut sumber, Pulau ini tidak berpenghuni dan tertutup untuk umum karena sejarah yang sangat kelam. Berikut ini “konon” ceritanya:
Tahun 1576 Italia terkena wabah pes atau yang disebut dengan ‘black plague’. Karena mematikan dan belum ada obatnya, ribuan mayat mulai menumpuk dan membuat lingkungan semakin memburuk. Orang-orang mulai panik, sehingga mereka mengambil semua mayat-mayat ke Pulau Poveglia dan membakar mereka. Mereka juga menggali lubang-lubang di Pulau untuk mayat-mayat. Lebih mengerikan lagi, ketika hukum mulai dijalankan. yaitu tiap orang tidak peduli bayi, anak-anak, atau orang dewasa yang memiliki tanda-tanda pes akan diasingkan ke pulau ini untuk mati dalam penderitaan. diperkirakan lebih dari 160.000 orang tewas mengenaskan di poveglia.



Pada tahun 1922, sebuah rumah sakit jiwa dibangun di Pulau itu. Mitos mengatakan bahwa operator rumah sakit adalah seorang dokter gila yang jahat yang menggunakan pasien-pasiennya untuk bereksperimen. Konon, dokter tersebut melakukan eksperimen seperti lobotomy menggunakan alat seperti palu dan bor tangan manual. Selain karena tekanan dari dokter, pasien-pasien tersebut juga mendapat gangguan yang katanya berasal dari arwah gentayangan korban wabah pes tetapi tak ada yang percaya karena mereka sudah dianggap gila.
Konon, Setelah beberapa lama, dokter tersebut merasakan kehadiran arwah penasaran poveglia. Akhirnya dokter mulai melihat roh dirinya sendiri dan melompat (atau dilempar?) Dari menara lonceng kematiannya. Rumor menyebutkan mayat dokter itu ditanam (dibata) di menara tersebut.
Hingga saat ini, poveglia masih menjadi tempat yang sangat menyeramkan. Dan telah masuk dalam acara tv ‘scariest place on earth’. Ada rumor yang mengatakan nelayan venesia tidak mau mencari ikan di daerah sini karena sering menemukan sisa-sisa mayat manusia. Selain itu, katanya sering terdengar suara lonceng dari menara padahal sudah tidak ada lonceng di sana..
Tidak diketahui pasti peralatan ini berfungsi untuk apa tapi ini adalah peralatan milik dokter RSJ tersebut
Gambar kuburan masal untuk para pasien 
Kayaknya sih tempatnya keren, tapi horor ! ~_~"

Cerita dibalik lagu Bring Me The Horizon - Don't Go !

            Seorang anak laki-laki bernama Terry Hurst (17 tahun) yatim piatu yang mengalami kesulitan belajar . Dibunuh oleh tiga orang temannya yang menipu untuk mengajaknya berkemah . ditengah jalan mereka berhenti . meletakkan plastik kekepalanya . dan dalam keadaan tidak berdaya mereka menyerangnya dengan dua sabit sebanyak 60 kali . setelah itu menginjak, membenamkan kepalanya ketanah . Seorang jemaat gereja remaja menemukatemukan dengan sabit pertanian 5 kali tertanam di kepalanya setelah dibunuh oleh tiga teman-teman selama ekspedisi berkemah. Dua  anak laki-laki 17 tahun dan seorang gadis 16 tahun, yang tidak bisa disebutkan namanya karena usia mereka, mengakui pembunuhan ketika mereka muncul di Pengadilan Crown Sheffield kemarin. dan dihukum seumur hidup . Mr Hardy mengatakan: "Mereka tidak terpengaruh oleh obat-obatan, meskipun mereka telah banyak minum bir. Ini adalah kemungkinan mereka kata-kata, mengambil minuman dan sabit kemudian dibunuh Terry Kami tidak tahu mengapa Mereka tidak memberitahu kami...
sampai saat ini tidak ada yang tau apa tujuan mereka melakukan pembunuhan itu .
Dan salah satu pembunuh itu adalah sepupu Oliver Sykes. 

Minggu, 30 Oktober 2011

Iseng (Part I)



Penantianku, Tuhan ...
Jika cinta adalah anugrah,
Izinkan ku luruh didalamnya ...
Namun jika semua atas kehendakmu,
Hadirkan dia seutuhnya ...


Tuhan,
sampaikanlah padanya,
tentang beningnya cintaku yang tak kenal lelah
Dalam penantian tanpa batas ...

Na ...


     
       Disiang yang panas, gadis kecil berumur lima tahunan berlari kecil sambil bernyanyi. Sesekali ia terjatuh. Tanah dibawahnya mengotori seragam putih merahnya yang sedikit kumal. Lari kecilnya sampai direl kereta api. Beberapa meter kemudian, ia sampai disebuah rumah kardus kira-kira berukuran dua kali tiga disebelah rel. lalu ia membuka pintu rendah itu. Itulah rumahnya. Nama gadis itu Gina, ibunya sering memanggilnya Na.
“Assalamu’alaikum… Bu, Na udah pulang!” katanya riang.
“Wa’alaikum salam… Na, ini ibu bawa nasi bungkus, Na pasti laper,” wanita setengah baya itu tersenyum sambil menyodorkan sebungkus nasi pada Na.
“Ibu udah makan?” Na menatap wajah ibunya yang berpeluh.
Wanita itu tersenyum. “Dimakan, gih!”. Lalu mengusap rambut tipis dan merah Na.
“Na sekolah yang pinter, ya. Biar besok bisa jadi dokter, Na kan pengen jadi dokter,” wanita itu menggeret kursi kecil dan duduk disamping anaknya yang sedang makan.
“Ya, bu. Besok, Na pengen ajak ibu keliling dunia. Naik Haji juga,” sambung Na.
“Amiiin…” tambah ibunya tersenyum.
“Kalo udah selesai makan, Na langsung bobok siang. Biar sorenya nggak capek waktu ngaji,” kata ibunya lalu berdiri merapikan tas sekolah Na.
Gina tidak menjawab, ia asik melahap nasi bungkusnya. Ibunya menjungkir kendi dan mengalirkannya kedalam gelas plastic kuning kosong yang terletak disamping anaknya makan, “Ini minumnya,”.
“Oya, bu. Tadi Na ulangan dapet seratus lho!” Gina beranjak dari duduknya menuju tas yang sudah sobek disana-sini.
“Dilanjutkan dulu makannya, nak,” kata ibunya.
“Bentar,” tangannya Na merogoh tas merah mudanya, “Ini,” lalu ia menyodorkan selembar kertas dan melanjutkan makanannya yang tinggal sedikit.
“Wah, pinter! Terus belajar yang rajin, ya, biar dapet seratus terus. Nanti kalau Na dapet rangking satu lagi, ibu beli’in tas. Tas Na kan udah rusak,” Ibunya member semangat.
“Oke!” Na mengacungkan jempol tangannya.
“Na, ibu mau cari uang dulu, ya. Buat makan Na nanti malem,” wanita berkerudung itu mengemasi tas cokelatnya yang juga sudah tidak layak, “Jangan lupa bobok siang juga, biar ngga kecapekan,” tambahnya.
“Ibu berangkat kepabrik, ya?” kata Gina menghadap ibunya.
Ibunya mengemasi nasi bungkusnya yang tak tersisa. Tersenyum kearah Na, lalu mengangguk.
“Ibu berangkat Na. Assalamu’alaikum…” pamit ibunya.
Na mencium tangan ibunya yang mau berangkat, “Wa’alaikum salam,” jawab Na.
*
               Mimpi buruk memebangunkan Na dari tidurnya. Matanya mengernyit. Melihat kearah jam dinding bergambar logo air mineral pemberian seorang tetangga. Jarum jam pendeknya tertuju diantara angka tiga dan empat dan jarum jam panjang tertuju diangka depalan. Kata ibunya, itu waktunya Na bersiap-siap untuk mengaji. Gina segera bangkit dari tempat tidur yang ditupuki kasur kapuk dan dilapisi tikar yang sudah sedikit sobek. Ia mengambil gayung yang berisi sabun mandi, dua sikat gigi berukuran besar dan kecil, dan satu pasta gigi. Lalu ia menyambar handuk merah muda yang dijemur sebelah pintu rumah kardusnya. Setelah itu ia melangkah kecil menyusuri rumah-rumah kardus disebelah-sebelah rumahnya menuju kamar mandi umum nan ala kadarnya.
*

               Karyawan-karyawan pabrik keluar untuk kembali kerumahnya masing-masing. Seorang wanita setengah baya dengan kerudung sedikit kumal berusaha mendapat beberapa uang receh dari kantor karyawan-karyawan yang lalu lalang. Dengan doa, wanita itu berharap kalengnya bisa berisi uang dari seorang dermawan agar ia dapat membelikan makanan untuk anaknya yang berada dirumah. Klakson motor sana-sini adalah irama telinganya sehari-hari. Beberapa orang dibelakangnya satu persatu berlari kepinggir. Tiba-tiba klakson dengan suara kencang membuat jantungnya berhenti sementara. Ia menoleh dan tertegun, melihat truk pabrik berada beberapa meter dari tempatnya berdiri. Jalan yang bertikung tidak dapat mebuat wanita atau sopir itu dapat melihat bebas pada keadaan didepannya. Kakinya hendak melangkah kepinggir jalan, namun wajah truk itu sudah menyambar tubuh wanita itu meski sopirnya berusaha mengerem, namun jaraknya tidak mencukupi. Beberapa orang disekitar menjerit histeris, ada yang hapir pingsan. Truk dan beberapa karyawan laki-laki menggotong tubuh wanita yang sudah lemah itu. Tidak banyak yang menawarkan mobilnya untuk mengantar korban itu kerumah sakit, namun ada yang memanggil ambulans. Namun sayangnya, wanita itu menghembuskan nafas terakhirnya dalam perjalanan menuju rumah sakit. Tak ada kartu identitas, tak ada yang mengenal, pihak rumah sakit menjadikan jenasahnya sebagai praktek otopsi.
*

               Adzan magrib berkumandang. Na berlari kecil menuju rumahnya sambil membaca ayat-ayat Al-Qur’an yang baru ia hafalkan tadi. Lalu ia membuka pintu rumah kardusnya, “Assalamu’alaikum… Bu, Na udah pulang!” katanya riang. Namun yang didapatinya rumah itu gelap. Tak ada sahutan seperti biasanya dari ibunya.
“Lho, ibu belom datang?” Na lalu menyalakan lampu yang kabelnya tersalur pada kabel umum.
Na mengedarkan pandangannya. Terdiam. Duduk dimeja tempatnya biasa belajar. Ia mengambil buku dalam tasnya dan mengerjakan PR. Perutnya terasa lapar, namun ia berusaha melupakan dengan PRnya. Ia terus mengerjakan PR-nya. Semua. Ia sangat yakin kalau nanti ibunya pulang dan membawa sebingkus nasi seperti biasanya. Ia melihat kearah jam dinding. Sudah jam setengah delapan. Tapi ibunya belum juga datang. Tidak seperti biasa. Ia meletakkan pipinya diatas kedua lipatan tangannya diatas meja. Untuk beberapa menit kemudian, mata lelah itu tertidur.
               Gina terjingkat dari tidurnya. Matanya mengedar kesekitar. Ibunya belum juga datang. Ia kembali melihat jam dinding. Sudah jam setengah dua belas. Gina berlari keluar rumah. Ia berlari-lari dijalan. Malam yang dingin tidak mengurungkan niatnya untuk mencari ibunya dipabrik tempat ibunya bekerja. Dengan nafas tersenggal-senggal ia tetap berlari. Beberapa orang dipinggir jalan menyapa, bertanya, bingung, melihat seorang anak kecil berlari ditengah malam. Sampai akhirnya ia tiba didepan pabrik. Ia mencari sosok ibunya diantara karyawan-karyawan yang lalu lalang pergantian shift malam. Namun ia belum juga menemukan ibunya diantara merka, sementara perutnya sudah benar-benar lapar. Gina mendekati salah satu karyawan pabrik.
“Pak, lihat ibu saya?” tangannya memegangi perutnya yang lapar dengan polos.
“Oh, enggak, dek,” jawab laki-laki itu lantas masuk kepabrik dengan tergesa-gesa.
Lalu gina mendekati yang lain, “Pak lihat ibu saya?”
“Enggak tahu ya, dek,” masih dengan jawaban yang sama.
Lalu bertanya pada yang lain, beraharap mendapat jawaban yang berbeda, “Pak, lihat ibu saya?”.
Laki-laki berseragam biru muda itu memandang Gina dengan pakaiannya yang sudah kumal. Ia berfikir, pasti anak itu bukan anak karyawan pabrik disini, pasti anak gelandangan. Lalu menjawab sebelum akhirnya berlalu juga, “Maaf, dek. Saya nggak kenal,”.
Gina setengah menangis, tapi ia segera mengusap air matanya. Dan masih berharap ada seseorang yang member jawaban yang diinginkannya.
“Pak lihat ibu saya?”
Laki-laki itu berjongkok didepan Na, “Yang mana, Dek? Soalnya kalau malam nggak ada karyawan perempuan,”.
Gina terdiam. Ingin menangis. Lalu sirine pabrk berbunyi. Laki-laki itu berdiri kembali.
“Tapi ibu saya…” Gina belum sempat melanjutkan kata-katanya, laki-laki itu sudah berlari masuk kepabrik dan pintu pabrik tertutup.
              
               Gina kembali kerumah dengan perutnya yang hanya terisi angin. Berlari kecil. Berharap sampai rumah ia dapat menemukan ibunya dan memeluknya. Tapi ternyata tidak. Rumahnya masih kosong. Ia menangis. Lalu berlari kembali menuju pabrik. Jalanan sudah tidak seramai tadi. Gerbang pabrik sudah tertutup. Dan sekitarnya juga sepi. Hanya tinggal kendaraan yang lalu lalang dijalan raya. Angin malam meniup rambut tipisnya naik turun. Ia menangis. Benar-benar menangis. Ia takut ibunya tidak pulang, perutnya juga benar-benar lapar untuk menghadapi malam yang dingin. Gina melangkahkan kakinya kepinggiran jalan yang berpasir. Ia terduduk sambil memegangi perutnya yang lapar. Lalu merebahkan tubuhnya diatas pasir kering, memandang lampu-lampu kendaraan yang lalu-lalang. Tangannya memainkan baru kerikil disekitarnya. Beruntung mereka yang malam ini tidur dikasur empuk dan selimut yang hangat.

               Suara klakson-klakson kendaraan lalu lalang membangunkannya dari tidurnya. ‘Sudah siang’ pikirnya. Namun ia belum juga menemukan ibunya. Banyak beberapa karyawan lalu lalang digerbang pabrik, namun bukan ibunya yang ia temukan. Perutnya belum terisi nasi sama sekali. Tubuh kecil itu gemetaran. Kini gerbang pabrik sudah tertutup, tak ada lagi yang berjalan kesana-kemari. Dengan mengumpulkan tenaga ia pulang kerumah. Berjalan pelan-pelan. Tapi tetap saja. Dirumah ia tak menemukan ibunya. Dengan menangis ia berjalan kembali menuju pabrik. Beberapa orang yang sisipan dijalan tidak mempedulikan pemandangan itu. Dipikirnya hanya trik-trik pengemis untuk mendapatkan uang. Lalu ia duduk ditanah berpasir kemarin malam. Menunggu ibunya. Badannya benar-benar gemetaran. Tak kuat. Ia terbaring. Lalu meraih ranting pohon yang terjatuh. Memainkannya. Dan mulai menulis ditanah hangat yang ia tiduri. ‘Bu, Na tunggu ibu disini’. Tangannya gemetaran. Diletakkannya ranting itu. Memegangi perutnya sambil terus menangis, hingga ia tak kuat lagi menangis. Matanya lelah, perutnya lapar, tubuhnya lemas. Lalu ia tertidur. Dan terus tertidur.
*

My Best



“Setaaaaannnn…” teriak Bima lalu lari meninggalkan Karina yang tadi berjalan disampingnya.
“Bima, tunggu!!!” Karina ikut berlari.
“Hahaahaa…!” Bima tertawa menang setelah menakut-nakuti sepupunya, lalu berjalan seperti biasa .
Karina berhasil menyusul langkahnya namun menangis, “Bima, kamu kok jahat sih !”.
“Yaaaahhh, Karin, aku kan udah biasa nakut-nakutin. Jangan nangis gitu, donk,” kata anak laki-laki umur 6 tahun itu.
“Tapi kan jalannya sepi, aku takut sungguhan,” jawab gadis yang juga seumuran dengannya.
“Ya udah, maaf. Tapi jangan nangis terus, nanti aku dimarahin eyang,”
“Percuma kamu minta maaf, besok-besok juga diulang lagi,”
“Iya janji gak nakutin lagi,”
“Janji?”
“Iya-iya, janji,”

*

            Malam semakin larut, namun suara acara musik ditengah lapangan outdoor itu masih terdengar bising. Vokalis pun masih giat teriak-teriak didepan mikrofon tak peduli orang-orang yang tak ingin mendengar, seakan-akan hanya dia dan penontonnya saja yang punya telinga . Bima dan Karina berdiri diantara penonton-penonton yang lain.
“Busseettt, dah! Perasaan lagu yang dinyanyiin dari awal sampe akhir nadanya kagak ada bedanya!” kata Karina ngedumel sendiri.
“Hahaha…! Iya begini-nih lagu metal. Aku sendiri kadang juga bingung dengernya!” jawab Bima asal.
“Nah kalo bingung ngapain kamu ngajakin aku nontong yang beginian?”
“Yah, emang agak ngebingungin, sih. Tapi bagusnya tuh, lagu kayak gini, emosinya dapet,”
“Waduh! Entar kalo emosinya dapet, semua sound system bakalan dilepar-lemparin, nih, saking emosinya,” memasang muka bego.
“Hahaaha…! Maksudku emosi nyanyi, nyet!” Bima tertawa lalu mendorong pelan kepala Karina.
“Mendingan lagunya The SIGIT, kek, apa kek,” Karina masih ngedumel.
“Iya, sih. Lebih ringan nadanya, yah?” Bima manggut-manggut.
“Nah maka dari itu,” Karina melirik penuh isyarat.
“Biasanya kalo ngomongnya dah kayak begini, tandanya minta pulang. Iya kan?”
“Hahaaaha…! Tau gitu loh!”
“Bima!” dari jarak beberapa meter ada seseorang yang memanggil namanya.
Bima menoleh ke asal suara. Teman sekolahnya yang berjalan menghampiri mereka.
“Woe! Edo!”
“Dah lama?” sapa laki-laki itu.
“Udah, nih mau balik,” jawab Bima.
“Yaelah, kirain ceweknya Bima. Ternyata Karina lagi-Karina lagi!” kata Edo sambil sok memasang wajah putus asa.
“Sialan!” Karina ketawa kecil.
“Yaudah balik duluan,” sahut Bima.
“Oke, ati-ati,”
“Yo’i”.
*

“Budhe, Karin ada?” sapa Bima pada ibu Karina yang juga adalah tantenya.
Wanita setengah baya berkerudung itu menoleh sebentar, “Tuh ada didalam. Masuk aja, Bim,” lalu melanjutkan kembali menonton televisi.
Tanpa ba-bi-bu, Bima langsung nyelonong asoy geboy aja masuk kamar Karina.
“Buju buset!” Karina kaget, “Main selonong aja masuk kamar orang. Untung aku gak pas bugil!”.
“Yah kalo kayak gitu berarti ceritanya kamu lagi beruntung dan aku lagi apes! Hahaaha!”
“Yeeee…!!!” Karina menjambak rambut Bima.
“Rin,”
“Apah!”
“Anterin, dong!”
“Ceile! Anterin! Udah kayak balita aja!”
“Heheheehe!”
“Kemana?”
“Kerumah Anggi,”
“Ngapain?”
“Biasa, deh. Pinjem pe’er,”
“Yaelah. Berangkat sendiri kan bisa, sih. Lagian deket juga rumahnya,”
“Kamu tau sendiri, bokapnya tuh,  ‘Afgan’ banget!”
“Heh! Maksudnya?”
“Sadis!”
“Hahahaaaha! Bisa ajah!”
“Iya ntar kalo aku kesana sendirian dikira ngapel. Kalo sama kamu kan enggak,”

*

“Tengkyu yah, Bim, baksonya!” Karina cengar-cengir kekenyangan.
“Iya-iya! Knapa tuh pake mulet-mulet segala?”
“hehee! Kekenyangan kayaknya!” Carina meringis.
“Yaiyalah. Gimana gak kenyang, makan dua mangkok. Ini cewek apa bencong, makannya rakus bener!” Bima ngedumel sambil membayar bakso yang tagihannya lebih banyak punya Karina.
“Bim, pulang, yuk. Gerimis gini kayaknya,” Karina mengelap tangannya yang kejatuhan beberapa titik kecil air hujan.
Bima menengadahkan tanganya, “Iya,”
Lalu mereka melangkah sedikit cepat . Jalanan masuk blok rumahnya sudah semakin sepi hingga langkah kaki mereka terdengar sangat jelas. Tiba-tiba langkah kaki Bima berhenti. Pandangannya focus tertuju jauh disebelah Karina.
“Apa’an, Bim?” Tanya Karina memandang Bima lalu beralih memandang kearah tatapan Bima tertuju.
“Setaaaaannnn!!!” Bima berlari meninggalkan Karina yang disebelahnya.
“Bima tunggu!” Karina ikut berlari.
Lalu bima berhenti dan tertawa menang. Lalu menoleh kebelakang, ternyata didapatinya Karina jatuh kakinya tergelincir. Karina mencoba berdiri tapi sedikit susah payah, sementara gerimis semakin padat. Bima berlari kecil menghapiri Karina yang jalan sempoyongan.
“Kamu nggak apa-apa, Rin?”
“Tau! Aku males sama kamu!” jawab Karina sewot.
“Mau aku gendong?” tawar Bima sembari menuntunnya jalan karena gerimis lebat sudah berganti menjadi hujan.
“Udah! Pergi sana! Aku bisa jalan sendiri!” Karina mendorong Bima hingga jatuh terduduk dan kembali berjalan dengan susah payah.
Bima sadar kali ini Karina benar-benar marah. Dia bangkit dari duduknya dan mencoba menuntun Karina lagi.
“Aku bantuin jalan, Rin,” Bima mencoba menuntun kembali langkah sepupunya itu.
“Udah! Aku bisa sendiri! Pulang aja sana!” Karina membentak ditengah tangisnya.
“Sorry, Rin. Aku cumah bercanda, sumpah, aku gak ada maksud…” kata-kata Bima terpotong suara Petir.
“Gak ada maksud apa? Aku dulu udah pernah bilang, jangan nakut-nakutin lagi, kamu juga udah janji!” suara Karina tenggelam diantara suara hujan.
“Maaf, Rin, maaf,” Bima tetap berusaha menmatu langkah Karina yang hendak terjatuh.
“Alah! Udah gak usah sok-sok bantuin! Pergi aja sana! Aku bisa pulang sendiri! Jangan deket-deket aku lagi,” Karina memberontak ketika tangan Bima berusaha membatunya. Tapi Bima berusaha tetap berusaha keras memeluknya, meski karina terus memberontak, sampai akhirnya Karina tenang.
“Kamu kan tahu aku penakut, kamu dulu juga udah janji nggak bakalan nakut-nakutin aku lagi, tapi kenapa kamu ngulangi?” kata Karina pelan.
“Aku minta maaf, Rin. Sumpah aku gak bakalan ngulangin lagi. Sumpah. Aku janji,” Bima masih memeluk sepupunya erat. Tapi ia merasa ada yang aneh dalam pelukan itu. Tidak seperti biasanya. Seperti… ‘Entahlah…’ batinnya.

*

            Siang itu sepulang sekolah Bima datang kerumah Karina. Hari ini Karina tidak masuk sekolah, kata teman-teman sekelasnya dia sedang sakit. Dia juga baru tahu ketika disekolah. Karena paginya tidak seperti biasanya Karina tidak mau berangkat bersamanya, dia bilang akan berangkat sekolah sendiri. Tapi ternyata tidak masuk sekolah. Mau sms atau telfon hape rusak gara-gara kehujanan kemarin.
            Bima membuka pintu kamar Karina. Tampak Karina sedang duduk ditempat tidurnya sembari membaca buku pelajaran, tanpa menoleh Karina menyapa, “Tumben jam segini dah nyampe rumah. Biasanya kelayapan dulu,”.
Bima tidak terlalu memperdulikan kata-kata itu, ia langsung duduk disebelah Karina. Memegang kening Karina dengan punggung tangannya.
“Flu, yah?” kata Bima sedikit merasa bersalah.
“Iya lah, jangan sampe dah kena epilepsy!” Karina tersenyum kecil.
Bima ikut tersenyum tapi sedikit memaksa.
“Udah minum obat?” Bima memandangi wajah gadis dengan buku Biologi ditangannya itu.
“Tadi pagi sih, udah. Siangnya yang belom,” kata Karina masih sibuk membaca buku
“Udah makan,” Tanya Bima lagi berharap Karina meletakkan bukunya dan perhatiannya beralih pada kedatangannya.
“Udah. Tuh piringnya,” mata Karina menunjuk kearah piring kotor diatas meja belajarnya lalu kembali membaca buku.
“Minum obat, yah. Aku ambilin,” tawar Bima lagi masih berusaha.
Mata Karina berhenti membaca. Tapi masih tertuju pada huruf-huruf dibuku. Lebih tepatnya sedikit berfikir. Lalu meletakkan bukunya.
‘Sukses!’ batin Bima, lalu mengambil obat yang ada dimeja rias milik Karina, mengupas bungkusnya dan mengambil air mineral.
Karina meminum obatnya, “udah, bos” kata karina tersenyum.
“Nah gitu, donk. Jangan sewot terus. Jadi takut. Mana kalo sewot wajahnya udah kayak panci peyot pula!” Bima ikut tersenyum.

            Bima memandangi wajah manis sepupunya yang sedang tertidur (karena efek obat) disampingnya. Lalu ia duduk. Memainkan rambut Karina. Diam. Mungkin berfikir. Lalu memandang wajah Karina yang sedang tertidur. Lalu terdiam lagi, dan tanpa sadar menggelengkan kepala dalam diamnya. Ia bangkit dari tempat tidur, mengambil tas, dan bejalan menuju pintu. Namun langkahnya terhenti. Ia kembali menuju tempat tidur, dan mencium kepala Karina. Lalu keluar kamar.

*

‘Kriiinnnggg’ telepon genggam Karina berbunyi, dilihatnya itu telpon dari Bima. Segera ia angkat.
“Bim, dari mana ja? Kamu bolos lagi, yah? Dasar!” Karina langsung nyerocos begitu mengangkat telpon.
“Rin. Sekarang aku ada diTaman Bintang, kamu cepetan kesini, yah. Aku tunggu!,” kata Bima tak peduli omelan Karina.
“Eh-eh-eh! Tunggu! Taman Bintang tuh mana, nyet?”
“Ya’elah, yang deket sekolah kita ntuh, nyet!”
“Oooke-oke! Ada apa’an sih?”
“Aku mau ngomong sesuatu sama kamu,”
“Kok nggak ngomong ditelfon aja sih, aku juga ada bimbingan abis gini,”
“Ini penting, Rin. Gag bisa diomong lewat telfon,”
“Ceileee, penting apaan, bro?”
“Eh, serius ini. Buruan kesini,”
“Oke-oke!”

            Bima memasukkan handphone kedalam sakunya, mondar-mandir nungguin Karina datang. ‘untung tamannya lagi sepi’, batin Bima. Sekitar 10 menit kemudian Karina datang.
“Mau ngomong apa’an, Bim?” tannya karina sedikir dengan nafas ngos-ngosan.
Bima tidak langsung bicara. Ia menatap sembari memegang bahu Karina. Karina diam saja, menatap aneh, namun beberapa detik kemudian tatapannya malu-malu karena Bima tak henti menatap lekat-lekat matanya.
“Rin, Dua hari lagi,” Bima mulai membuka kata-katanya.
“Emangnya kenapa, Bim, dua hari lagi,” tanya Karina bingung.
Bima diam sejenak, lebih tepatnya berfikir. Karina ganti menatap mata Bima lekat-lakat mencari jawaban didalamnya. Kini ganti Bima yang tampak malu-malu. Bima melapas tanganya dari bahu Karina, menunduk, lalu mendongak dan menarik nafas dalam-dalam.
“Dua hari lagi, aku sekeluarga mau pindah keBali. Bokap dapet dinas disana untuk beberapa tahun,” kata Bima kembali menatap mata Karina.
Karina tersenyum kecil, “Udah deh, jangan bercanda! Mau aku ngambek lagi kayak kemaren?”.
“Aku gak lagi bercanda, Rin!”
Karina menatap mata Bima lekat-lekat, mencari sinar tawa didalamnya. Tapi tidak ditemukan. Kali ini Bima benar-benar terlihat serius, atau mungkin memang serius.
“Kamu serius, Bim?” tanya Karina sekali lagi.
Bima mengangguk sedikit, bahkan sedikit tidak terlihat mengangguk.
“Berapa lama?” suara Karina sedikit gemetar.
“Aku gak tau pasti,” Bima menggeleng lalu menunduk. Tak sanggup menatap Karina yang tampaknya akan menangis.
“Dan sebenernya aku…” Bima menghentikan kata-katanya.
“Sebenernya apa?” Karina memandang wajah Bima yang tertunduk.
Lalu Bima memeluk Karina erat-erat. Begitu erat dan lama. Berharap Karina mengerti apa yang dia maksud. Berharap Karina sadar tanpa harus ia menjelaskannya. Berharap Karina juga merasakan apa yang sebenarnya ia rasakan.
“Sebenernya apa, Bim?” tanya Karina dalam pelukannya.
Bima menggeleng, masih terus memeluk Karina.
“Ini kesalahan. Aku bener-bener ngelakuin kesalahan,” kata Bima pelan.
 “Dan parahnya, aku juga melakukan kesalahan itu,” kata Karina datar.
Lalu pelukan itu sunyi kembali. Hanya berirama suara angin sekitar.
Perlahan-lahan Bima mengendorkan pelukannya. Lalu mengambil nafas dalam-dalam.
Karina memegang lengan Bima, “Percaya deh, aku yakin emang Tuhan udah pilihin jalan yang kayak gini buat kita. Mungkin kalo kamu udah disana, aku disini, pelan-pelan kita bisa perbaiki kesalahan kita ini,” ia berusaha tersenyum dalam setiap kata-katanya, namun air mata itu tak bisa membohongi senyumannya.
            Sekuat tenaga Bima menatap mata basah itu lalu diusapnya. Pelan-pelan ia mendekat. Sepersekian detik ia berfikir ingin mencium bibir gadis yang ada dihadapannya itu. Pelan-pelan, dan tak ada penolakan. Namun saat tujuannya hampir sampai, sepersekian detik kemudian ia tersenyum dan beralih mencium kening Karina. Lalu mereka sama-sama tersenyum kecil.
“Udah, ayo pulang. Gak usah bimbel-bimbel segala hari ini! Kebanyakan bimbel botak kamu ntar!” kata Bima merangkul pundak Karina.
“Astaga! Amit-amit! Hahahaaha!” Karina tertawa.
“Beneran itu! Mau kamu, cantik-cantik botak?!”
“Woooeee!!! Baru kali ini kamu bilang aku cantik!”
“Hahaaha! Iya baru nyadar aku!”
“Dari mana aja kamu, hari gini baru nyadar aku cantik?!”
“Ya’elah! Lagian juga kagak cantik-cantik amat kok, pede gilak!”
“Idih! Buktinya temen-temenmu juga pada naksirin aku semua…”
“Iya itu mata batinnya belom kebuka,”
“Sialan! Huuuh!”
“Hahahahaaaha…!”

*

Selasa, 18 Oktober 2011

Gunung Api Spektakuler yang Wajib dikunjungi


Gunung Bromo, Indonesia


Untuk aksi vulkanik dan pemandangan yang menakjubkan, Gunung Bromo di Jawa Timur tidak punya lawan sepadan. Gunung setinggi 2329 m di atas permukaan laut ini selalu mengeluarkan asap belerang dan kadang tertutup kabut lebat. Keindahan yang sangat layak untuk diabadikan.



Gunung Bromo adalah gunung “termuda” dari kompleks gunung api Tengger yang luas dan berumur 820 ribu tahun. Dari Gunung Bromo, pengunjung bisa melihat puncak tertinggi di Jawa, yaitu Gunung Semeru, yang aktif mengeluarkan asap dalam jumlah besar tiap 20 menit.

Gunung Bromo memang relatif mudah dicapai (bisa dengan 45 menit berjalan kaki atau menaiki jip dari desa terdekat, Cemoro Lawang). Tapi kondisinya tidak selalu aman. Dua turis meninggal karena terkena ledakan batu pada 2004.

Gunung Hallasan, Korea Selatan

Gunung Hallasan, puncak tertinggi di Korea (1950 mdpl), termasuk dalam kelompok gunung api Jejudo.

Ada sekitar 4 ribu jenis hewan dan 1800 tumbuhan yang menjadikan Hallasan sebagai habitat mereka. Lihat juga danau kawah Baekrokkdam di puncak. Baekrokkdam atau “Danau Seratus Rusa” yang indah mengilhami cerita rakyat tentang peri-peri yang turun dari langit untuk bermain dengan rusa putih. Banyak turis yang mengunjungi Hallasan pada musim semi untuk melihat mekarnya bunga azalea di pegunungan.

Gunung ini juga cukup mudah didaki. Jalur sepanjang 10 km dapat selesai Anda jalani dalam sehari.

Gunung Aso, Jepang

Kaldera terbesar di dunia ini (lebarnya 24 km) memiliki kuil pemujaannya sendiri. Gunung Aso adalah penanda Jepang yang paling terkenal dan penghasil uang untuk prefektur Kumamoto di Kyushu, Jepang.

Atraksi utama di Gunung Aso adalah danau kawah berwarna biru muda yang beruap di Gunung Nakadake. Kereta gantung akan mengangkut turis menuju puncak gunung api, dan di sana ada kompleks yang penuh dengan kios oleh-oleh serta jajanan. Di pinggir kawah juga ada semacam trotoar yang tertata rapi. Di Aso, Anda juga akan menemukan sekumpulan tempat pemandian air panas.

Gunung Pinatubo, Filipina

Gunung Pinatubo tidak sekadar “pulih” dari bencana ledakan besar pada 1991, tapi kini juga menjadi sumber pemasukan untuk lokasi utama olahraga ekstrem.

Pada 1991, Gunung Pinatubo mengeluarkan ledakan vulkanik terbesar kedua dunia dalam 100 tahun terakhir. Ledakan itu menyebabkan suhu dunia turun 17,27 derajat Celsius dan korban tewas mencapai 800 orang. Kerugian financial ditaksir sekitar $ 250 juta.

Dua dekade kemudian, kota-kota di sekitar Gunung Pinatubo hidup dari sektor pariwisata karena ledakan legendaris tersebut.

Anda bisa melakukan pendakian ekstrem di Angeles City serta paket-paket berkendara di antara aliran lahar Pinatubo, yang bentuknya berupa kolam lumpur raksasa berisi materi vulkanis. Ada juga kegiatan terjun payung dan tur udara seharga $ 55 per orang.

Gunung Fuji, Jepang

Tidak mungkin menulis tentang gunung api utama di Asia tanpa memasukkan Gunung Fuji dalam daftar. Gunung Fuji atau Fuji-san adalah gunung tertinggi di Jepang dan ikon nasional atas keindahan pemandangan dan ketinggiannya (3776 m).

Selain menjadi tempat paling utama untuk berfoto dan memamerkannya ke teman-teman atau keluarga di rumah, Gunung Fuji adalah lokasi olahraga ekstrem bagi pencari adrenalin. Setiap musim panas, sekitar 200 ribu orang mendaki gunung ini. Waktu yang mereka butuhkan antara 4-8 jam. Ada juga “sekolah” dan pusat paragliding di area parkir stasiun Gotemba kelima.

Pengunjung bisa saja tidak beruntung datang ke Gunung Fuji saat berawan. Sebagai gantinya, Anda bisa mengunjungi Hakone yang permai di timur Gunung Fuji, serta Lima Danau Fuji, di utara gunung api.

Senin, 17 Oktober 2011

Fakta Baru Tentang Hitler !




Kontroversi kematian diktator Jerman, Adolf Hitler, kembali menguak. Gerrard Williams mengungkap fakta baru tentang kematian tokoh Nazi itu, seperti yang tertulis dalam buku "Grey Wolf: The Escape of Adolf Hitler"
Hitler diketahui bunuh diri di bunker bawah tanah rumahnya di Berlin bersama kekasihnya yang akhirnya dia nikahi, Eva Braun, pada 30 April 1945. Aksi bunuh diri itu dilakukan Hitler setelah Jerman kalah dalam Perang Dunia II.
Namun, Williams merilis sejarah baru mengenai kisah akhir hidup salah satu pemimpin dunia paling berpengaruh itu.
"Adolf Hitler tidak bunuh diri di Berlin tahun 1945. Tetapi dia sempat tinggal di Argentina dan meninggal pada tahun 1962," tulis Williams di buku tersebut, seperti dilansir The Sun.
Para penulis mengaku menemukan bukti yang menunjukkan Hitler dan Eva Braun diterbangkan dari Jerman secara diam-diam dan dibawa ke sebuah negara di Amerika Selatan, yang kemudian diketahui adalah Argentina.
"Tidak ada bukti forensik kematiannya dan Eva Braun. Dari cerita saksi mata tentang kelangsungan hidup mereka diketahui Hitler dan Eva terpaksa berada di Argentina," demikian tulisan buku tersebut.
Di buku tersebut juga disebutkan intelijen AS menjadi tokoh di balik upaya Hitler melarikan diri.
Buku ini menyebutkan bagian tengkorak Hitler yang ditemukan oleh pihak Rusia sebenarnya adalah tengkorak dari seorang wanita.

Foto Pemerkosaan yang dilakukan Cewek (Just For Fun) lol






Bussseeettt, dah !
Cadas bener nih cewek !

Tertawa



1. Anak-anak tertawa lebih banyak daripada orang dewasa. Anak-anak tertawa 400 kali dalam sehari sedangkan orang dewasa hanya sekitar 15 kali.
2. Lelucon membantu anak mengenal berbagai hal seperti hubungan sebab-akibat, perbendaharaan kata yang baru, etika sosial , dan lain-lain.
3. Anak yang memiliki selera humor yang baik memiliki kemampuan beradaptasi yang baik dengan teman-teman sebayanya.
4. Wanita tertawa 126% lebih banyak dari laki-laki
5. Lelaki lebih mudah menjadi bahan tertawaan daripada perempuan (lebih banyak anak laki-laki menjadi bahan olok-olokan di sekolah daripada anak perempuan).
6. Contagious Laughter : Kita lebih senang tertawa saat ada orang lain tertawa. Saat sendirian menonton komedi situasi di TV, kita turut tertawa ketika penonton di televisi tertawa. Hal ini disebabkan tawa adalah suatu bahasa yang universal, ekspresi emosi yang sulit untuk dipalsukan atau ditutup-tutupi.
7. Tertawa mengaktifkan berbagai bagian di otak. Bagian otak yang bereaksi terhadap lelucon adalah medial ventral pefrontal cortex, dimana bagian ini turut berperan dalam perkembangan kognitif, kepribadian dan emosi.
8. Semakin besar jumlah anggota kelompok dalam suatu situasi, semakin mudah untuk dibuat tertawa. Karenanya lelucon merupakan ice breaker yang paling efektif.
9. Tertawa sama seperti berolahraga. Ketika anda tertawa, otot-otot wajah anda akan meregang, meningkatkan denyut nadi anda seperti sedang berolahraga dan juga memperlancar distribusi oksigen ke seluruh tubuh.
10. Tertawa baik untuk kesehatan mental. Tertawa dapat melepaskan hormon endorfin yang akan membuat anda merasa baik. Endorfin memberikan rasa damai dan mengurangi kecemasan.

MITOS Tentang Kidung Kuntilanak


Konon dengan mendengarkan lagu “kidung lingsir wengi” pas waktu-waktu tertentu, Kuntilanak akan datang menjumpai orang yang mendengarkannya……
Liriknya seperti ini :
Lingsir wengi sliramu tumeking sirno…
Ojo tangi nggonmu guling…
Awas jo ngetoro…
Aku lagi bang wingo wingo…
Jin setan kang tak utusi…
Dadyo sebarang…
Wojo lelayu sebet…
Dalam Bahasa indonesia :
Menjelang malam, dirimu akan lenyap…
Jangan bangun dari tempat tidurmu…
Awas jangan menampakkan diri…
Aku sedang dalam kemarahan besar…
Jin dan setan yang kuperintah…
Menjadi perantara…
Untuk mencabut nyawamu…
Berikut adalah kisah kejadian yang dialami oleh seorang member Kaskuser:
bbrp tahun yg lalu saya pernah mengalami kejadian begini :
Suatu malam tiba2 saya terjaga dari tidur, lalu saya melihat pintu kamar saya terbuka pelan2… keadaan saat itu samar2 karena lampu di kamar saya matikan sebelum tidur.
Tiba2 terdengar alunan lagu-lagu jawa seperti lingsir wengi, padahal saya sendiri tidak bisa berbahasa jawa, setelah itu seorang nenek memakai baju khas jawa masuk ke kamar sambil bergumam berbahasa jawa.
Spontan saya ketakutan, tetapi badan saya tidak bisa digerakkan seperti tertindih, saya terus memperhatikan nenek2 itu…, tiba2 nenek itu terdiam dan memperhatikan saya… lalu dia tertawa kecil.
Setelah itu, nenek tersebut mendekati saya yg waktu itu masih dalam posisi terlentang tidur, nenek itu terus bergumam bahasa jawa seakan2 sedang ngobrol. Saat nenek itu berdiri di dekat kaki saya, dia jongkok kecil dan menyentuh paha saya dengan jari dia.
Saya pikir ini cuman mimpi buruk, tetapi ketika dia menyentuh paha saya… sangat terasa nyata…, saya pun memaksakan diri untuk berontak dan berhasil bangun sambil mengepal tangan saya dan memukul nenek itu, tetapi malah angin yg saya pukul. nenek itu tiba2 lenyap.
keringat saya mengucur… dan napas saya tersengal2…
Nah setelah mendengar lagu lingsir wengi, saya menjadi teringat kembali kejadian itu.
Sebenernya apa sih Lagu ‘kidung lingsir wengi’? Sebelum kami membahas lebih lanjut tentang lagu ini, sebaiknya Anda dengarkan dulu lagu tersebut sampai habis, sebelum melangkah kebacaan selanjutnya, lagunya bisa anda download http://www.4shared.com/audio/xVmQS1Gp/Kidung_Lingsir_wengi.html
Sudah dengar kan lagunya? Mari kita lanjutkan bacaan ini, dan ini sedikit berita dari Prambors :
lagu ini menjadi bahan omongan di Prambors, ada beberapa wadyabala yang merasa “digoda” disaat tertidur setelah mendengar lagu ini…Panda dan Utha bahkan gak mau denger lagu ini ampe abisss.. hehe gosipnya lagu ini bisa memanggil mahluk yang kasat mata…
tapi jangan mudah percaya namanya juga gosipp!
hehehe,
Benarkah demikian ?
Ternyata Kidung ini Plesetan dari Aslinya yang diciptakan Sunan Kalijaga, berikut bantahan lagu tersebut seperti yang dilansir blog tidakmenarik.wordpress.com. :
Sangat sangat disayangkan, bila ada yang menganggap kidung rumekso ing wengi adalah lagu/kidungnya mbakyu kunti…
Padahal kanjeng sunan kalijogo menciptakan/membuat kidung itu untuk ‘unen2′ yang dalam masyarakat jawa/kejawen sebagai pengganti dzikir/wirid oleh muslim jawa pada waktu dulu sehabis melakukan sholat malam.
Bila lebih dicermati kidung tersebut dikenal karena berisi mantra tolak balak,
Laku kidung ini mengingatkan manusia agar mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga terhindar dari kutukan dan malapetaka yang lebih dahsyat. Dengan demikian kita dituntut untuk senantiasa berbakti, beriman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Sedangkan fungsi kidung secara eksplisit tersurat dalam kalimat kidung itu, yang antara lain; Penolak balak di malam hari, seperti teluh, santet, duduk, ngama, maling, penggawe ala dan semua malapetaka. Pembebas semua benda . Pemyembuh penyakit, termasuk gila. Pembebas pageblug. Pemercepat jodoh bagi perawan tua. Menang dalam perang . Memperlancar cita-cita luhur dan mulia.
Berikut arti lagu tersebut yang sebenarnya dalam bahasa Indonesia, silahkan dicermati dalam bait mana yang berhubungan dengan mbakyu kunti….
Ada kidung rumekso ing wengi(lagu yang mengalun ditengah malam). Yang menjadikan kuat selamat terbebas
dari semua penyakit. Terbebas dari segala petaka. Jin dan setanpun tidak mau. Segala jenis sihir tidak berani. Apalagi perbuatan jahat.
guna-guna tersingkir. Api menjadi air. Pencuripun menjauh dariku.
Segala bahaya akan lenyap.
Semua penyakit pulang ketempat asalnya. Semua hama menyingkir dengan pandangan kasih. Semua senjata tidak mengena. Bagaikan kapuk jatuh dibesi. Segenap racun menjadi tawar. Binatang buas menjadi jinak. Pohon ajaib, tanah angker, lubang landak, gua orang, tanah miring dan sarang merak.
Kandangnya semua badak. Meski batu dan laut mengering. Pada akhirnya semua slamat. Sebab badannya selamat dikelilingi oleh bidadari, yang dijaga oleh malaikat, dan semua rasul dalam lindungan Tuhan. Hatiku Adam dan otakku nabi Sis. Ucapanku adalah nabi Musa.
Nafasku nabi Isa yang teramat mulia. Nabi Yakup pendenganranku. Nabi Daud menjadi suaraku. Nabi Ibrahim sebagai nyawaku. Nabi sulaiman
menjadi kesaktianku. Nabi Yusuf menjadi rupaku. Nabi Idris menjadi rupaku. Ali sebagai kulitku. Abubakar darahku dan Umar dagingku. Sedangkan Usman sebagai tulangku.
Sumsumku adalah Fatimah yang amat mulia. Siti fatimah sebagai kekuatan badanku. Nanti nabi Ayub ada didalam ususku. Nabi Nuh didalam jantungku. Nabi Yunus didalam otakku. Mataku ialah Nabi Muhamad. Air mukaku rasul dalam lindungan Adam dan Hawa. Maka lengkaplah semua rasul, yang menjadi satu badan.
Nah, sudah mengertikan Anda arti dari lagu ini sesungguhnya, tidak ada yang menakutkan bukan. Sebenarnya sih lagu apa aja bisa buat memangil setan (makhluk halus) asal niatnya negatif karena sang setan sangat senang merasuki manusia yang berpikiran negatif, kita sendiri tidak bisa memungkiri bahwa ada makhluk lain di sekitar kita, namun apapun makhluk itu tidak perlu ditakuti ataupun di banggakan karena yang perlu dibanggakan dan ditakuti hanya Yang Maha Esa.